ANTASENA: Governance and Innovation Journal

Efektivitas Pelayanan Samsat Keliling Kota Serang dalam Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor

2024-06-20T22:13:01+08:00

SAMSAT Keliling adalah salah satu pelayanan yang dilakukan oleh SAMSAT Serang. SAMSAT Keliling merupakan salah satu inovasi pelayanan pajak yang dilakukan oleh SAMSAT yang bersifat proaktif atau menjemput bola dengan menggunakan mobil keliling untuk mendatangi lokasi-lokasi strategis yang menjadi tempat berkumpulnya atau ramai dilintasi oleh orang banyak sehingga akan mendekatkan pelayanan pajak kendaraan bermotor ke masyarakat. Permasalahan penelitian ini yaitu: Pelayanan pengurusan pajak kendaraan bermotor SAMSAT Keliling tidak mengikuti jadwal pelayanan yang berlaku, tidak adanya papan informasi yang menjelaskan alur pelayanan pembayaran, dan minimnya sosialisasi pelayanan pengurusan pajak kendaraan bermotor melalui samsat keliling kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas pelayanan SAMSAT Keliling Kota Serang dalam pengurusan PKB. Penelitian ini menggunakan teori standar pelayanan publik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang sudah pernah menggunakan layanan SAMSAT Keliling dalam pengurusan PKB dengan sampel 99 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data dilakukan melalui pengujian statistik SPSS 24. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah 50% masuk pada kategori tidak efektif. Saran dalam penelitian ini adalah dilakukannya pengawasan ke lokasi pelayanan SAMSAT Keliling, menyediakan papan informasi pelayanan pada dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Indonesian Government Policy Innovation Encouraging Democracy of Media Development

2024-11-15T11:03:23+08:00

The research aims to find innovations in the analysis of Indonesian government policies to encourage democratization of media development that is under government control. The analysis of the writing emphasizes the perspective of citizens' rights to media which refers to Article 19, Universal Declaration of Human Rights (UDHR). The research method uses descriptive analysis with qualitative methodology, explaining breakthroughs in policy analysis and the role of government in encouraging media development through primary and secondary data in contributing to the complexity of media issues in empowering civil society through macro and micro level policies. The research population is around 600 media with a sample of around 60 mass media, online media, radio, and television. Research results: there is a rapid liberalization of the media industry, but not all media can survive. Because the sustainability and diversity of the media are determined by economic, political and government regime interests. Research on innovation in government policy roles must be encouraged to follow the development of the rapidly growing digitalization of media platforms compared to the birth of regulations for free and responsible media freedom and educating and educating the nation

Inovasi Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) Bagi UMKM di Kota Tangerang

2024-11-15T11:10:36+08:00

This research aims to identify and analyze innovations in electronically integrated business licensing services or Online Single Submission (OSS) for MSMEs in Tangerang City. This research is motivated by the fact that there are still many MSMEs in Tangerang City that have not registered their business licenses or do not have a Business Identification Number (NIB). There are still many business actors or MSMEs who do not understand the service procedures for applying for business licenses through the Online Single Submission (OSS) system. The method used in this research is descriptive qualitative with data obtained through observation, interviews, and documentation. OSS innovation in business licensing is seen through relative advantage, suitability, complexity, observability, and trialability. In its implementation, business licensing through OSS has run well in relative advantage, suitability, and observability. In the Complexity dimension, there are still some business actors or MSMEs who have difficulty understanding this system even though various socializations have been carried out. In addition, in the Triability dimension, OSS innovations have not carried out public trials at the regional level and have not involved innovation users in the implementation of innovation trials.

Standar Pelayanan Prima di Kantor Kelurahan Pandanwangi

2024-11-20T11:22:35+08:00

Public service is an important aspect of people's lives as regulated in Law Number 25 of 2009. This law requires public service providers to make service standards covering various aspects such as procedures, time, costs, service products, infrastructure, and officer competence. Kelurahan as the vanguard of public services has direct contact with the community, so the realization of excellent service at the village level is very important. This study examines excellent service at the Pandanwangi Village Office with a focus on these aspects, as well as their supporting and inhibiting factors. This research uses a qualitative approach. Data collection is done through interviews, observation, and documentation. Data analysis uses Miles and Huberman's interactive model consisting of data reduction, data presentation, and conclusions. The results showed that the Pandanwangi Village Office has tried to provide excellent service. Service procedures are considered good even though there is no clear Standard Operating Procedure (SOP). The turnaround time is quite fast 5-10 minutes if the requirements are complete. The service fee is completely free according to regulations. Various service products include population and non-population services. Facilities such as waiting rooms, toilets, and parking are considered adequate. Despite the lack of human resources, the competence of service officers is considered good. The supporting factors are employee cohesiveness, adequate facilities, community support, and good officer-community synergy. While the inhibiting factors are the shortage of officers, community demands to speed up the resolution even though the requirements are not complete, public understanding of therequirements is still lacking, and the imbalance in the number of officers with the enthusiasm of the community to access services. Overall, excellent service at the Pandanwangi Village Office has been pursued even though there are still challenges that must be overcome to improve the quality of service further.

China's Economic Diplomacy Strategies: An Analysis of the Belt and Road Initiative in Southeast Asian Countries

2024-12-06T09:21:56+08:00

The BRI is an investment programme in the aspects of development and infrastructure led by China and the countries involved. There are certainly 8 countries in Southeast Asia involved in the cooperation and 4 countries that will be analysed for comparison, namely Thailand, Indonesia, Vietnam and the Philippines. The involvement of these 4 countries in BRI is a big question, namely how the economic diplomatic strategy carried out by China towards these countries so that they want to establish BRI cooperation with China. Therefore, this study will analyse the differences in China's economic diplomacy strategies through BRI towards four Southeast Asian countries that have different backgrounds. In addition, this study will also analyse the impact of BRI cooperation on these countries. This study will use economic diplomacy because it can help analyse the economic diplomacy strategy carried out by China through the BRI to achieve its national interests. This study uses the literature study method and comparative analysis using qualitative data. The results of this study show that there are different strategies and approaches to economic diplomacy by China through BRI to Thailand, Indonesia, Vietnam and the Philippines and they have different assessments regarding the impact of BRI.

Penerapan Sistem Informasi Kearsipan Dinamis Terintegrasi (SRIKANDI) di Arsip Nasional Republik Indonesia

2024-12-08T01:22:58+08:00

Penerapan E-Government di Indonesia memiliki kaitan yang sangat erat dengan pelaksanaan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE). Antara E-Governemnet dan SPBE memiliki tujuan yang selaras yakni, mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, dan akuntabel, serta meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayan publik kepada masyarakat. Aplikasi SRIKANDI ditetapkan berdasarkan keputusan PANRB Nomor 679 Tahun 2020 tentang Aplikasi Umum Bidang Kearsipan Dinamis. Dalam pelaksanaanya, Penerapan aplikasi SRIKANDI mengalami kendala, terjadi penyerangan siber ransomware di PDN oleh hacker, pada penerapannya aplikasi SRIKANDI seringkali server down, mainatance, dan error, hasil pantauan dan evaluasi pelaksanaan SPBE, ANRI belum menunjukkan peningkatan penilaian yang signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan SRIKANDI di ANRI. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model Richardus Eko Indrajit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum penerapan aplikasi SRIKANDI di ANRI sudah berjalan baik meskipun masih terdapat beberapa indikator yang perlu dibenahi dan dioptimalkan. Pada indikator support, tersedianya dukungan teknologi (hardware, software, dan jaringan), penyediaan anggaran, tersedianya unit penanggungjawab. Pada indikator capacity, adanya sosialisasi dan pembinaan untuk mendapatkan SDM yang kompeten, terdapat standar kompetensi, adanya pengawasan. Pada indikator value, kehadiran SRIKANDI dirasa mampu menjawab tantangan di era digital, penyimpanan SRIKANDI yang sudah berbasis cloud. Namun yang dikhawatirkan pengguna dalam menggunakan aplikasi digital ialah penjaminan keamanan data pengguna.

Penerapan Keterbukaan Informasi Melalui Monitoring Dan Evaluasi Pada Organisasi Perangkat Daerah di Provinsi Banten

2024-12-09T14:37:09+08:00

Implementansi keterbukaan informasi pada badan publik merupakan perintah undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik yang berlaku bagi semua badan publik baik di pemerintah pusat melalui kementerian dan lembaga negara lainnya maupun pemerintah daerah melalui organisasi perangkat daerah atau satuan kerja perangkat daerah. Pentingnya monitoring dan evaluasi terhadap implementasi undang-undang tersebut bagi perangkat daerah dalam rangka memastikan layanan informasi publik yang bersifat berkala, setiap saat, serta merta, dan imformasi yang di kecualikan dapat berjalan dengan baik. Data penelitian di ambil dari hasil kegiatan monitoring dan evaluasi tahun 2023 oleh komisi informasi Banten terhadap 39 organisasi perangkat daerah. Melalui pendekatan kualtitaif data tersebut di olah dan di deskripsikan sesuai dengan data-data dari indikator I, II, III, dan IV yaitu pengembangan website, pengembangan informasi publik, pelayanan informasi publik, dan penyediaan informasi publik. Hasil monev menunjukan bahwa dari 39 badan publik tersebut terdapat 25 badan publik yang Informatif, 9 menuju informatif, 2 cukup informatif, dan 3 kurang informatif. Hal ini mengkonfirmasi bahwa mayoritas organisasi perangkat daerah sudah informatif dengan menjalankan standar layanan informasi publik yang mengacu pada PERKI 1 tahun 2021. Namun demikian kedepan Pejabat pengelola informasi dan dokumentasi di Organisasi perangkat daerah masih perlu memaksimalkan layanan terhadap permohonan informasi publik bagi para pemohon dan pengguna informasi yang terus meningkat jumlahnya. Maka monitoring dan evalusi terhadap badan publik perlu terus dijaga kuantitas dan kualitasnya oleh komisi informasi.